Tuesday, July 30, 2013

Bunga Untuk Bunga

            Besok kamu ulang tahun dan hari ini tepat 7 hari sepeninggalmu. Tak bisa kujelaskan betapa kelabunya hatiku. Perasaan yang sukar untuk dijabarkan. Yang siapapun tak bisa memaknainya. Karna hati tak tersentuh oleh apapun, tak terjamah dan tak terlihat, tetapi hanya bisa dirasakan. Kamu, aku tak menyangka kamu pergi secepat ini. Pergi meninggalkanku sendirian menghadapi kerasnya kehidupan. Mengapa kamu pergi duluan? Mengapa kamu tak mengajakku menemui Tuhan?. Sayang, aku belum sempat membuatmu bahagia seutuhnya. Selama ini aku terlalu  banyak membuatmu menangis. Iya, menangisiku.

            Bunga sayang, maafkan aku waktu itu aku tak menemanimu membeli mie ayam diwarung langgananmu. Andai saja aku tak egois sibuk dengan urusanku, semua tak akan seperti ini. Andai saja aku menemanimu, mungkin kecelakaan itu tak terjadi atau akan terjadi tapi kita mati bersama !. aku menyesal Bunga, kamu pergi disaat kamu sedang kecewa denganku. Masih ku ingat sms terakhirmu waktu itu;
“Yaudah kalo gak bisa nemenin, aku bisa pergi sendiri :’) , sayang semangat yaaa :D”
Sekarang, seandainya saja aku bisa minta jemput dengan kamu kesana, apa kamu mau?

            Bunga sayang, masih teringat jelas indah sinar bola matamu yang kecoklatan dihiasi dengan bulu mata yang lentik. Tatapanmu hangat mendamaikan hati. Salahnya kenapa aku baru menyadari ini setelah kepergianmu, Bunga. Segala bentuk penyesalan membabi buta dan meraung dibelantara jiwaku.

            Bunga kekasihku, masih bisa kurasakan saat kepalamu bersandar dipundakku, lalu kubelai rambutmu yang ikal dan panjang. Kamu tersenyum nakal dengan bibirmu yang merah. Aku rindu saat- saat seperti itu, saat masih bersamamu. Saat masih bisa kurasakan hembus nafasmu, saat masih bisa mendengar bisikmu, “aku mencintaimu, Rio”. Aku mengecup keningmu sampai kamu terpejam sendiri sambil menarik nafas dalam-dalam. Dan sekarang, masih bisa kucium aroma khasmu, Bunga. Aku merindukanmu, sungguh !

            Rasa tak percaya akan kepergianmu masih mengitari otak dan peredaran darahku. Setiap detik kamu selalu berotasi dalam pikiranku. Sumpah, aku menyesal telah banyak membuatmu kecewa dan menangisiku. Sumpah, aku tak mampu berdiri saat melihat kamu benar-benar terbaring kaku dengan mata yang tak terbuka lagi. Dimana mata indah itu?. Kamu tidur untuk selamanya.

            Bunga, untung masih kusimpan rekaman suaramu sekitar sebulan yang lalu. Kamu menyanyikanku untuk aku tidur. Katamu agar agar aku bisa mendengar suaramu kapanpun aku mau.
Tidurlah.. selamat malam
Lupakan sajalah aku
Mimpilah dalam tidurmu
Bersama bintang…
(Drive - bersama bintang)
Aku baru tau ternyata kamu mahir menyanyi sayang. Aku harap kamu terus datang kemimpiku ya, seperti malam-malam kemarin. Kamu pernah bilang kamu selalu merindukanku setiap saat. Lalu apa sekarang kamu merindukanku? Jemputlah aku…

            Bunga sayang, mungkin percuma aku menyesalinya sekarang. Keterlambatanku, kebodohanku terlalu menyepelekan  perhatianmu setiap hari. Tak ada wanita sebaik kamu, Bunga. Tak ada yang sesabar kamu. Terus terang aku dihantui rasa bersalah karena selalu mengabaikan perhatian dan support darimu. Aku kira aku tak butuh itu semua. Tapi nyatanya aku lemah tak bersemangat tanpa supportmu. Ternyata aku membutuhkan perhatian itu. Ternyata aku merindukan telepon dan sms-sms mu yang dulu kuanggap sepele. Aku begitu bukan berarti aku tak mencintaimu, Bunga.

            Ini, Bunga terakhir untukmu Bunga. Yang kupersembahkan kepada yang terindah sebagai satu tanda cinta untukmu, seperti lagu. Aku menatap nanar nisan didepanku yang bertuliskan Bunga Tirani, meninggal 7 hari yang lalu. Semoga kamu tenang disana. Aku selalu mengirimimu do’a lima kali sehari, merengkuhmu hanya dalam do’a.

Besok kamu ulang tahun. Ini ada hadiah, sebuah bunga untukmu, Bunga.
Selamat ulang tahun.

No comments:

Post a Comment